Para peneliti di University of Montana sedang
mengembangkan teknologi pencetakan 3D untuk biofilm mikroba untuk mengurangi jumlah metana di atmosfer.
Dikenal sebagai salah satu gas rumah kaca paling berbahaya, metana memiliki dampak negatif yang besar terhadap lingkungan. Gas mudah terbakar yang tidak berbau ini diproduksi dari berbagai sumber: tanah pertanian, dari produksi minyak dan batubara, serta dari rawa-rawa alami dan geyser.
Untuk
mengurangi jumlahnya di atmosfer , para ilmuwan berusaha mengembangkan teknologi pencetakan 3D untuk biofilm mikroba. Untuk melakukan ini, bersama dengan rekan-rekan dari universitas South Dakota dan Oklahoma, mereka mempelajari bakteri
metanotrof .
Para peneliti sedang mengembangkan model untuk menjelaskan metabolisme bakteri ini. Untuk membuat ulang biofilm mikroba, mereka menggunakan printer 3D khusus yang mengoptimalkan kemampuan bahan untuk membentuk senyawa organik. Para ilmuwan berharap bahwa akhirnya metanotrof dapat digunakan untuk membuat plastik dan biofuel.
Salah satu peserta proyek, Jim Wilking , menjelaskan: "Kami tertarik untuk membuat biofilm menggunakan pencetakan 3D, seperti halnya bioengineer membuat jaringan tubuh buatan dengannya."
Dalam mencari bahan yang diperlukan untuk percobaan, para peneliti pergi ke mata air panas di Taman Nasional Yellowstone, di mana ada peningkatan kandungan metana. Mereka juga akan mencoba menemukan mereka di bekas tambang emas di South Dakota, tempat sebuah laboratorium bawah tanah sekarang berada.
Untuk pencetakan 3D, metode stereolithography (SLA) akan digunakan, karena mikroba lebih tahan terhadap cahaya. Cairan dengan metanotrof akan digunakan sebagai bahan awal untuk pencetakan.
Proyek penelitian inovatif menerima total $ 7,8 juta investasi dari National Science Foundation.
Bagian metana di atmosfer Bumi hanya 0,00017%, tetapi gas ini bertanggung jawab atas 20% dampak negatif gas rumah kaca.